Selama berabad-abad, para ilmuwan secara perlahan menjelaskan berbagai misteri kehidupan melalui sains. Banyak sekali fenomena dari nenek moyang kita yang sebelumnya merupakan mitos atau yang berhubungan dengan ilmu gaib, ternyata bisa dengan mudah dijelaskan dengan ilmu biologi atau beberapa bidang ilmu lain.
Hal ini menjadikan sains dan berbagai bidang ilmu lain yang ada di dunia ini jadi sangat berjasa bagi manusia untuk memahami kehidupan.
Namun meski sudah banyak sekali terobosan yang dimunculkan dari bidang sains tiap harinya, misteri selalu masih ada dan tidak bisa terungkap. Tak perlu jauh-jauh, banyak sekali hal di sekitar kita atau bahkan di tubuh kita sendiri yang masih merupakan misteri bagi ilmu pengetahuan. Berbagai penelitian sudah dilakukan, namun kesimpulan yang kongkret belum pernah ditarik dari beberapa misteri biologis yang ada di sekitar manusia.
Berikut beberapa misteri biologis yang membuat bingung para ilmuwan.
Tekan Shift+X untuk membuka semua spoiler.
Hiu martil sendiri adalah spesies hiu termuda yang masih ada hingga sekarang. Spesies hiu pertama kali muncul pada 450 Juta tahun yang lalu, dan hiu martil hanya 20 Juta tahun yang lalu.
Ilmuwan sendiri sudah banyak mengusung teori tentang bentuk unik dari hiu yang banyak ditemui di perairan yang tak terlalu dalam ini. Salah satu teori berbunyi bahwa bentuk kepala semacam ini membuat hiu martil makin baik dalam hal berenang. Penjelasan lain adalah tentang teori yang menyebutkan bahwa bentuk kepala yang demikian membuat penglihatan dan penciuman hiu martil makin tajam. Teori lain menyebutkan bahwa kepala martil tersebut merupakan bentuk senjata untuk alat bertarung untuk mendapatkan mangsa.
Meski berbagai teori telah muncul, bukan berarti bentuk kepala hiu martil telah memiliki arti. Sampai saat ini ilmuwan masih bingung kegunaan sesungguhnya dari bentuk unik dari kepala tersebut apa.
Belum selesai membingungkan kegunaan selaput dara untuk manusia, ternyata ilmuwan juga menemukan bahwa selaput dara juga dimiliki oleh mamalia lain seperti gajah dan bahkan Paus.
Ada beberapa teori tentang kegunaan selaput dara pada manusia. Salah satu teori menyebutkan bahwa selaput dara tumbuh seiring evolusi karena masyarakat menginginkan sebuah 'koridor' untuk istri yang perawan. Tentu hal ini terdengar konyol mengingat selaput dara tak hanya dimiliki oleh manusia, namun juga hewan. Hewan sama sekali tak mempedulikan aspek apapun ketika bereproduksi.
Meski masih misterius, keberadaan selaput dara pada manusia diyakini oleh para ilmuwan sebagai salah satu dari sistem kerja tubuh atau fisiologis yang tak selalu harus dicari tujuannya.
Bahkan seorang ilmuwan asal Jerman bernama Jam Souman mengadakan penelitian yang menunjukkan bahwa manusia tak bisa berjalan di garis lurus. Untuk menjalani penelitiannya, Souman menutup mata para partisipannya dan menginstruksikan mereka untuk berjalan lurus selama satu jam. Alih-alih berjalan lurus, mereka justru berjalan dengan membentuk lingkaran. Dua kali melakukan percobaan tersebut, hasilnya pun tak berbeda.
Souman akhirnya mencoba penelitian lain, dan kali ini tidak menggunakan penutup mata. Hasilnya ternyata berbeda dan cukup mencengangkan. Hasilnya akan tetap sama jika langit sedang berawan dan mendung. Namun jika langit sedang cerah, beberapa partisipan mampu berjalan dengan lurus.
Dari penelitian ini para ilmuwan bahkan bingung mengapa fenomena seperti ini ternyata ada. Berbagai teori pun akhirnya tak bisa memecahkan misteri mengapa manusia tak bisa berjalan lurus.
Meski seharusnya hal ini memiliki fungsi tertentu, ternyata para ilmuwan tak mengetahui secara pasti fungsi dan manfaat apa yang bisa diberikan bulu kemaluan untuk kesehatan manusia. Beberapa teori akhirnya muncul untuk mencoba menjelaskan manfaat dari bulu kemaluan, meski belum ada jawaban yang jelas.
Sebuah teori menyebutkan bahwa bulu kemaluan mampu merilis hormon feromon, yang merupakan juga dapat merilis aroma tubuh yang dapat membangkitkan rangsangan seksual. Aroma ini tak selalu bisa tercium, di mana banyak orang yang menciumnya di tingkatan alam bawah sadar. Teori ini melawan stigma masyarakat yang seringkali menuntut untuk mencukur bersih bulu kemaluan.
Teori lain menyebutkan bahwa bulu kemaluan melindungi organ reproduksi, khususnya Miss V, dari debu serta partikel bahaya dan tidak steril lain. Meski demikian, ilmuwan tak berpikir bahwa bulu kemaluan para pria bertugas untuk melindungi urethra.
Otak sebenarnya tak memiliki bagian yang peka terhadap musik. Atau jika sebenarnya ada, hal ini masih belum ditemukan oleh para ilmuwan. Seperti ingatan dan proses belajar, pemrosesan musik di otak sebenarnya merupakan hal rumit yang memerlukan koordinasi berbagai area di otak. Menurut sebuah studi, lobus temporal kanan bereaksi ketika seseorang terfokus pada harmoni dari sebuah lagu.
Di sebuah studi lain yang diadakan oleh McGill College pada 2001 silam, peneliti menemukan bahwa sebuah area di otak akan bereaksi ketika seseorang mendengarkan musik. Area otak ini sama dengan ketika 'merinding.' Tak heran kita sering merinding ketika mendengarkan sebuah lagu yang bagus. Selain itu, area di otak ini adalah area otak yang memang bereaksi akan hal-hal yang menyenangkan, seperti seks bahkan narkoba.
Kini musik dibandingkan dengan berbagai rangsangan mekanik serupa, seperti seks serta makanan enak, meski seks dan makan adalah kebutuhan yang bisa dibilang primer. Oleh karena itu ilmuwan masih belum begitu mengerti mengapa manusia sangat suka musik.
Diketahui sebagai ultraconserved elements atau UCE, DNA ini tidak pernah berubah selama ratusan juta tahun. Peneliti berasumsi bahwa DNA ini membawa sebuah fungsi yang menopang kehidupan. Namun ketika diteliti di tikus, pengambilan DNA ini tak berpengaruh apapun. Misteri mulai muncul tentang tak bisanya DNA berubah dan membuat ilmuwan 'gatal' karena seringkali hal buruk seperti penyakit dibawa oleh turunan.
Teori mulai muncul di mana UCE sebenarnya adalah DNA yang 'menjaga' tubuh dan akan segera mengetahui jika ada sel di dalam tubuh yang tidak beres. Jika ada yang tidak beres, sel tersebut akan dimatikan atau tidak difungsikan. Namun kesimpulan ini tidak pasti dan ilmuwan masih belum bisa memecahkan misteri ini.
Pernahkah Anda berpikir mengapa kita suka mengupil? Mungkin tidak, karena tentu banyak hal penting yang harus dipikirkan daripada sekedar memikirkan hal jorok tersebut. Namun uniknya, banyak ilmuwan yang mencoba berpikir tentang hal itu, dan tak menemukan jawaban yang diinginkan.
Dalam asumsi kita, mengupil adalah hal yang jorok sekaligus higienis. Dan hal tersebut yang menjadi alasan manusia melakukannya. Namun berkebalikan dari hal tersebut, sebuah studi di tahun 2006 menyatakan bahwa mengupil bisa menjadi hal yang cukup berbahaya. Hal ini dikarenakan 'ngupil' bisa membuat pelakunya menyebarkan bakteri jahat seperti Staphylococcus aureus.
Meski demikian, tak ada yang bisa menghalangi manusia untuk tetap mengupil. Dan mengapa manusia tetap mengupil merupakan misteri yang belum terpecahkan oleh ilmuwan.
User Kaskus : fokuskuliah
0 komentar