Seleksi penerimaan Maba pun dibuka, begitu banyak calon mahasiswa yang memperjuangkan bangkunya di sebuah kampus. Semakin elit kampus maka semakin keras persaingan buat menembus universitas tersebut sembari memperoleh bangku di kampus yang diidam-idamkan. Pendidikan ini ibarat kerucut, banyak di SD, sedikit menyusut di level SMP, kembali menyusut di tingkat SMA hingga ke perguruan tinggi. Makanya perguruan tinggi negeri dan swasta yang terakreditasi terbatas jumlahnya, selain biayanya mahal serta kompetisinya yang ketat. Lumayan setelah tamat kadar pengangguran inteleknya juga meningkat. Hehe..
Maba (Mahasiswa Baru) sebutan jamak mahasiswa dengan pengalaman yang masih sangat hijau tentang dunia perkuliahan. Mereka umumnya punya ekspektasi yang cukup besar misalnya mau dapat IPK 4, mau tamat tepat waktu, dan semua mata kuliah yang diikuti nilai harus A. Senyum Maba yang masih segar, datang tepat waktu sebelum perkuliahan dimulai, dan jalan-jalan suka bergerombolan kayak rombongan jemaah haji.
Akhir jadi mahasiswa, keliatan keren kayak di serial FTV
Kenyataannya, malah berbeda???
“Kadang realita beda jauh dengan fakta seiring berjalannya waktu”
Nah di sini ane mau ngasih tau dilema serta derita apa saja yang ngga enak banget yang harus dialami dan dijalani oleh Maba, kebetulan ane dulunya pernah mengenyam rasanya jadi Maba, terus Mala (mahasiswa lama dan mahasiswa lalu lalang). Jadi ane sangat hafal banget kondisi dunia kampus kebetulan dulunya ane tukang parkir mahasiswa yang mengabdikan seluruh jiwa dan raga untuk kemajuan dunia pendidikan. Tak usah berlama-lama ane mau kasih hal yang dialami oleh Maba, cekidot:
1. Masa Orientasi
Dilema Maba diawali sebelum masuk kuliah diharuskan mengikuti orientasi yang dibuat oleh pihak universitas serta kampus dimotori oleh para senior. Di tingkat universitas ada batasan tertentu misalnya dengan memakai baju putih dan celana hitam diperuntukkan untuk serta memakai sepatu Maba ibarat penerimaan masuk MLM saja.
Setiap kampus punya pelaksanaan orientasi yang berbeda-beda, ada yang malu-malu kucing bilang orientasi mengenai pengenalan kampus adalah acara yang jauh dari aksi perpeloncoan dan ada yang sudah jauh-jauh bilang akan ada perpeloncoan ternyata malah silaturahmi. Kadang ada beberapa oknum yang mengataskan namakan alumni atau senior yang mencari keuntungan sehingga merugikan banyak pihak. Stop perpeloncoan sekarang juga di dunia pendidikan.
Menurut ane, orientasi berlatar belakang perpeloncoan adalah tindak pembodohan massal. Tapi bila ngga dilaksanakan akan keliatan hambar karena tidak terjadi keakraban senior dengan yunior. Benci akan kekerasan tapi bila ngga ada kekerasan malah dianggap ngga dihormati yang lebih tua. Melakukan kesalahan lebih memberikan hukuman berupa kekerasan dibandingkan memberi menasihati dan membimbing.
Sebelumnya ane pernah baca di sebuah buku yang tajuknya menjelaskan bahwa kekerasan dan penindasan akan berulang kembali di masa depan oleh orang/kelompok yang berbeda. Dasarnya biasanya berlatar belakang dendam pernah diperlakukan oleh senior. Ane ngga tau pasti dari mana mulanya orientasi berbasis perpeloncoan tapi bisa jadi karena masyarakat kita dulunya pernah tertindas oleh para penjajah. Karena bingung ngga ada yang bisa ditindas, sebagai gantinya menindas yang lebih lemah. Pola begitu berlangsung turun-menurun dan harus segera dihentikan, toh bila mau nyari lawan harus yang sebanding. Gitu!!!
2. Banyak Tanya-Tanya
Malu bertanya sesat di jalan, banyak tanya-tanya bikin kesal orang
Perumpamaan Maba ibarat botol plastik yang terombang-ambing di tengah lautan, bingung mau tanya ke siapa dan di mana. Sering jumpai Maba yang mendapatkan informasi yang perlu ditanya kebenarannya sehingga membuat teman-teman Maba yang lain ikut terpengaruh. Ada pula senior yang jahil kadang suka memanfaatkan kepolosan Maba yang tidak tau kampus dengan tindakan nyeselin. Misalnya:
Kampus A letaknya di mana?
Oh iya, kebetulan agak jauh kalau dari sini perlu menyeberang lautan dan gurun, bila banyak singa lagi mencari mangssa berarti itu kampus yang kamu tuju dek!!
Ooh iya, makasih kakak senior
*Langsung Percaya*
3. Ekspektasi Gede
Ah... mau tamat summa cumlaude
ah mau ikut semua organisasi kampus dan luar kampus
Mau buat bisnis dan kelak tamat kuliah langsung jadi CEO
Ah... mau pacarain semua mahasiswi lintas kampus *Playboy cap kuda terbang*
Segala ekspektasi besar banyak digaungkan terutama oleh Maba. Well.. boleh-boleh saja berekspektasi karena semua punya mimpi yang sama bisa mendapatkan tujuan terbaik di dunia perkuliahan. Sesuaikan terlebih dahulu dengan kemampuan, saat realita banyak yang diperjuangkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bukan maksud mematahkan semangat para Maba tapi harus sadar diri dan kemampuan.
Berekspektasi boleh asalkan jangan salah kaprah karena kadang selalu ada batu sandungan di tengah perjalanan perkuliahanmu
Hampir semua anak baru terdoktrin begitu banyak ekspektasi semenjak pertama sekali menginjakkan kampus. Ekspektasi itu baik asal tujuannya baik tapi ambisius yang gagal bikin nyesek karena ekspektasi selalu berbanding terbalik dengan realita
4. Nyari Teman Baru
Selama masa orientasi adalah masa penting perkenalan karakter yang berasal dari sekolah, daerah dan latar belakang yang berbeda. Saat itulah terbentuknya geng atau kelompok yang punya prinsip yang sama bisa karena berorientasi tertentu. Suka cabut dari kelas, suka nyontek, suka belajar hingga suka berorganisasi. Lengkap sudah!!!
Bentuk pertemanan saat menjadi Maba masih buta di awal-awal perkuliahan. Saat itu terjadi penjajakan dan pengelompokan teman dari minat dan prinsip, makanya punya banyak teman di awal kuliah itu wajib dipertanyakan. Apabila agan pintar itu berarti adalah sapi perah mereka yang mencari keuntungan terutama sekali saat kuis, midtem dan ujian. Makanya jangan terlihat terlalu pintar, nanti dimanfaatin.
5. Mengubah Pola
Perkuliahan tak hanya membentuk karakter yang sedikit mandiri seperti dalam proses belajar, memahami materi, membentuk tim dalam menyelesaikan tugas tapi juga efisiensi waktu. Bagi Maba saat pertama sekali kuliah dia merasa ada yang berbeda, jam kuliah lebih renggang dibandingkan dengan jam sekolah yang mengharuskan masuk dari pagi dan pulangnya siang atau sore. Kuliah bersifat lebih fleksibel tergantung jam berapa perkuliahan di mulai.
Pola di bangku sekolah sering terbawa serta masih menghinggapi pola pikir Maba. Di dunia perkuliahan dituntut untuk lebih mandiri dalam belajar dan sedikit terbuka dalam mengemukakan pendapat. Sifat-sifat manja, alay, dan happy fun seperti masa sekolah sudah bisa ditinggalkan. Perkuliahan mengubah dan mendewasakan pola pikir, saat itulah fase-fase terberat untuk Maba. Nah.... tunggu apa lagi coba.
6. Tak Berharap Banyak
Awalnya sih kedengaran mudah dengan jadwal yang ngga sebanyak waktu di sekolah. Namun konsep perkuliahan mengenal istilah tinggal dan maju, tak ada istilah maju bersama bila ada salah satu tak mampu. Di perkuliahan ngga cukup rajin dan pintar tapi harus mandiri tanpa terlalu berharap dengan orang lain.
Begitu banyak di akhir perkuliahan harus ditinggal tamat kawan kerabat karena terlalu berharap. Toh di perkuliahan bukan berarti mementingkan individualisme, namun setiap insan harus saling sadar diri akan kemampuannya. Andai tak mampu bisa saling membantu berupa belajar bersama, saling berbagai atas segala kesulitan dan bukan membudaya minta bantuan seperti nyontek.
Sebagai penutup, anggaplah masa di awal kuliah ibarat balapan. Sebaik mungkin mencari posisi start atau memimpin lomba terlebih dahulu. Karena saat berada di depan agan bisa sedikit mengendurkan gas apalagi sudah cukup jauh dari para pesaing. Seperti hal itulah kuliah, carilah nilai akademik yang baik serta pengalaman organisasi dan bisnis di luar kampus sebanyaknya. Jelang akhir kuliah, agan bisa mulai memanen jerih payah terdahulu.
Sebagai penutup dari ane gan, buat adik-adik Maba selamat datang di kampus, ingat jangan biasakan titip absen sejak dini!!
sumber dari blog ane:
lupadaratan
0 komentar